Purnama
Barangkali memang aku hanya membutuhkan air mata, untuk terus mewakilkan kebersalahan pada sepoi angin di musim kemarau. Atau pada daun yang meranggas dan tak lagi menyemai butiran mimpi anak-anak semut di pagi hari. Atau bahkan, laut yang merindukan senja memerah untuk kembali dipertemukan dengan lelangit yang tak lagi biru. Hingga akhirnya aku bisa memutuskan untuk… Continue reading Purnama