“Meski terlihat bodoh, manusia selalu mempunyai caranya sendiri untuk merawat cintanya, merasai kehilangan, memenuhi kerinduan.”
–Junda
Vancouver, Canada.
9 Juli, Tanah Rantau.
Adam’s Journey yang diputar berulang-ulang.
Jaket almamater, kepalan tangan, teriakan lantang.
Mahasiswa, semangat anak muda.
Demonstran, layar abu-abu tua.
Pernah ada sejumput redup yang tertangkap, lantas dengan sengaja
menyuburkannya, menyiraminya.
Kini, setelah ia terkembang jadi api,
sudah harus mematikannya hinggap padam.
Sudah harus menguburkannya dalam-dalam.
Terima kasih banyak.
Selamat tinggal.
Mungkin hanya aku seorang yang paham tulisan ini, tapi, ah tak peduli. Toh, adakah yang jauh lebih berkesan dari pada sederet tulisan tentang kenangan, yang ditulis dengan rasa bercucuran, lantas menutupnya pada titik dan koma. Hingga kelak, bertahun-tahun dari hari ini, ketika aku membacanya, hanya ada satu kecap rasa.
Terima kasih banyak.
Selamat tinggal.
Aku tau banget ini. Ngerti banget.
Sama kayak pertemuan awal-awal kita, saat aku nanya, “Kenapa kamu berat ngelepas FK UB?”, terus kamu diam, terus aku nyela pembicaraan lagi “Udah kadung cinta ya?”
Terus kamu bilang, baru aku yang pertama kali benar menebak alasan di balik segala kegalauanmu saat itu huahahahahahaa 😀
Inget Fira jadi inget momen-momen pertama kita: gerimis, reuni akbar alumni, dan makan es kelapa di depan MBM sambil nerawang “setahun dua tahun lagi apakah kita masih bisa begini?” :’)
Tau banget ya ki? Emang kali ini bener? Belum tentu loh. Hha 😀
Yah apapun itu, kita semua butuh proses lah ya :’)
Pokoknya sebelum semua ini berakhir, kita harus jalan duluuu >,<
-_- Karepmu.
Eh September ada pendakian ke Semeru.
Haha 😀
Eh September kan yudisium kikiiii -____-“
Dan komentar sok tahuku ternyata salah :’) Aku jadi sedih dan malu wakakakak
Baru ketahuan keliru setelah dua tahun ya, ahahaha 😀